Minggu, 15 Mei 2011

Keluhan Takut Mati Salah Satu Keluhan Serangan Panik

Dalam praktek sehari-hari saya memang lebih banyak bertemu dengan pasien gangguan cemas terutama pasien gangguan cemas panik. Keluhan cemas panik sering dikeluhkan oleh pasien-pasien saya sebagai keluhan yang tidak nyaman dan membuat mereka kehilangan percaya diri.

Keluhan panik yang dikenal dalam praktek sehari-hari dan sesuai dengan definisi keluhan serangan panik berdasarkan Textbook of Psychiatry, Kaplan and Saddock terdiri dari 13 keluhan yaitu :

  1. jantung berdebar, peningkatan denyut jantung
  2. keluar keringat
  3. gemetaran
  4. nafas pendek atau perasaan tercekik
  5. perasaan tersedak
  6. nyeri dada, atau perasaan tidak nyaman di dada
  7. mual atau perasaan tidak nyaman di perut
  8. merasa bingung, tidak stabil, kepala ringan, mau pingsan
  9. derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depresonalisasi (merasa seperti bukan dirinya)
  10. takut kehilangan kontrol atau takut menjadi gila
  11. takut mati
  12. kesemutan atau perasaan baal
  13. merinding atau perasaan panas

Saya melakukan survey kecil-kecilan kepada para orang yang pernah atau mengalami gangguan panik dan serangan panik baik yang sudah berobat maupun tidak. Responden bisa memilih dari ke 13 keluhan tersebut mana yang paling sering dikeluhkan dan pilihannya bisa lebih dari satu karena memang kebanyakan keluhan yang dialami tidak pernah satu saja. Hasilnya dari 31 responden sampai saat ini, 67,7% dari responden mengeluh Jantung Berdebar-debar dan 64,5% dari responden mengeluh Perasaan Takut Mati.

Perasaan takut mati pada serangan panik adalah sesuatu yang sangat khas. Bagi orang yang tidak pernah mengalammi serangan panik, maka keluhan takut mati ini mungkin bisa dianggap mengada-ada. Ada seorang pasien yang bahkan merasa malu datang ke saya karena banyak orang di sekitarnya mengatakan bahwa perasaan takut mati yang dialami itu seperti orang yang kurang iman. Padahal tidak ada hubungan antara kurang iman dan perasaan takut mati, hal ini berdasarkan penelitian-penelitian tentang gangguan panik dan serangan panik yang telah diteliti sejak lama.

Apa Di Balik Keluhan ini ?

Keluhan takut mati biasanya dialami oleh orang-orang yang mengalami kecemasan. Berbeda dengan keluhan ingin mati yang dialami oleh pasien yang mengalami depresi. Keluhan cemas bisa timbul karena ada faktor stres yang akut atau stres yang bersifat kronis (berkepanjangan). Sebenarnya orang menjadi cemas jika ada sesuatu yang “mengancam” keseimbangan tubuh dan otaknya, dan mekanisme timbulnya cemas itu adalah sebagai respon adaptasi tubuh untuk menyiapkan diri melawan ancaman itu. Namun pada beberapa orang, respon ini menjadi berlebihan bahkan ketika tidak ada ancaman.

Hal ini terjadi karena stres yang lama bisa mengakibatkan perubahan struktur sistem saraf di otak yang melibatkan sistem neuroendokrin (hubungannya dengan hormon adrenalin dan hormon stres kortisol) dan sistem saraf otonom (sistem saraf simpatis dan parasimpatis). Perubahan pada sistem otak inilah yang mengakibatkan walaupun tidak ada hal yang mengancam tetapi otak mempersepsikan sebagai suatu kecemasan. Intinya ada sistem alarm yang salah terhadap kondisi lingkungan. (diambil dari http://health.kompas.com/read/2011/05/13/17154826/Keluhan.Takut.Mati)

Apa Yang Bisa Dilakukan ?

Gangguan panik adalah gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Survey yang saya lakukan mengatakan keluhan ini di Indonesia terjadi paling banyak pada usia 30-35 tahun, suatu usia yang secara kepribadian sudah lebih matang. Berbeda dengan keluhan panik yang terjadi pada orang Amerika yang biasanya terjadi pada usia yang lebih muda.

Individu yang mengalami keluhan ini bisa segera berobat ke psikiater agar mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Penggunaan anticemas seperti Alprazolam sebaiknya jika memang diperlukan tidak boleh terlalu lama dipakai karena sebenarnya gangguan cemas saat ini terapi utamanya adalah dengan antidepresan golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) seperti : Sertraline dan Escitalopram. Sebaiknya alprazolam sebisa mungkin dihindari jika memang tidak perlu karena potensinya untuk membuat pasien tergantung atau kondisi putus obat yang seringkali tidak nyaman sehingga membuat pasien sulit lepas. Jika dipakai haruslah dengan pengawasan dokter yang mengerti efek obat ini yaitu psikiater.

Semoga tulisan ini berguna.

Salam Sehat Jiwa !

Tidak ada komentar: