Minggu, 11 Mei 2014

Sakit Lambung, Psikosomatik dan si "Otak Kecil"

oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM
Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Setahun belakangan ini dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kondisi gangguan jiwa dan keterkaitannya dengan fisik, banyak pasien yang berkunjung ke Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera mengeluhkan secara lebih spesifik gejala fisiknya. Gangguan lambung adalah salah satu yang paling sering dikeluhkan.

Awalnya adalah beberapa tulisan saya yang berkaitan dengan masalah gangguan lambung yang disebut Dispepsia Fungsional. Dispepsia Fungsional adalah suatu kondisi gangguan lambung sesuai dengan diagnosis kriteria Rome III. Kondisi Dispepsia Fungsional ditandai dengan adanya keluhan nyeri lambung yang biasanya dirasakan sesudah makan. Keluhan nyeri, mual, ingin muntah, penuh, kadang diare dan kembung adalah keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien. Pemeriksaan klinis dan bahkan endoskopi ternyata tidak menemukan kelainan yang berarti. Pasien dengan kondisi seperti ini biasanya hanya diberikan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejalanya seperti obat golongan PPI (Omeperazole, Lanzoprazole dkk), prokinetik seperti Domperidone dan terkadang anti asam lambung lokal seperti antasida. Sayangnya keluhannya hanya berkurang dengan makan obat dan sering kali berulang jika tidak makan obat.

Lambung dan Otak
Pasien dengan keluhan lambung sering kali mengalami kebingungan kalau gejalanya tidak kunjung sembuh padahal sudah melakukan pengobatan. Kondisi gangguan kejiwaan adalah hal yang sering terkait dengan masalah ini. Namun di luar daripada itu, sebenarnya masalah lambung memang tidak bisa dilepaskan dari otak. Pakar obat psikiatrik dan ahli neurosains ternama dari Amerika Serikat, Stephen Stahl,MD,PhD dalam tulisannya di Journal of Clinical Psychiatry mengatakan suatu opini dalam bentuk anekdot antara seorang psikiater dan dokter gastroenterologi : "Psychiatrist to gastroenterologist: "Isn't it surprising how many brain neurotransmitters are also in the gut?" Gastroenterologist to psychiatrist: "Not at all, but it sure is interesting how many gut neurotransmitters are in the brain."

Hal tersebut di atas mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara lambung dan otak. Para ahli mengetahui bahwa beberapa neurotransmitter di otak yang berkaitan dengan perasaan dan perilaku seperti dopamin, serotonin dan norepinephrine juga terdapat di lambung, bahkan 90 persen serotonin ditemukan di lambung. Kondisi ini tentunya akan sangat berkaitan dengan bagaimana peran dalam pengobatan gangguan lambung yang sangat akan berhubungan dengan kestabilan sistem otak dalam hal ini adalah kondisi kesehatan jiwanya.

Integrasi
Karena hubungan yang erat inilah tidak heran dalam sehari saya sering mendapatkan pasien-pasien yang mengeluh gangguan lambung dan telah berkeliling dokter ahli gastroenterologis namun tidak mendapatkan perbaikan. Gejala lambung yang tidak kunjung membaik sedangkan hasil obyektifnya baik membuat pasien menjadi curiga apakah hal ini berkaitan dengan keluhan yang dikenal awam sebagai Psikosomatik. Bicara tentang Psikosomatik tentunya tidak bisa dilepaskan dari suatu kondisi di Otak, dan ini sangat berkaitan dengan bidang keilmuan psikiatri khususnya dalam bidang Psikosomatik Medis.

Terapi pada pasien gangguan lambung psikosomatik seperti misalnya pada dispepsia fungsional akan sangat berhubungan dengan bagaimana menstabilkan kondisi otaknya yang di atas dan "otak kecilnya" di lambung yang dikenal dengan sistem saraf enteric (enterci nervous system). Penggunaan obat-obat psikotropik dan antidepresan akan bisa sangat membantu perbaikan pasien. Tentunya harus tepat dan sesuai dengan petunjuk dokter yang ahli dalam hal ini adalah psikiater.

Semoga apa yang dituliskan ini bisa membantu lebih memahami masalah gangguan lambung yang sering terjadi tanpa sebab obyektif yang ada. Mungkin saja anda mengalami Dispepsia Fungsional. Salam Sehat Jiwa

Tidak ada komentar: