Selasa, 14 Januari 2014

Terapi Alternatif Untuk Gangguan Jiwa, Apakah Bermanfaat?

Terapi Alternatif Untuk Gangguan Jiwa, Apakah Bermanfaat?
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Psychosomatic Medicine Specialist)

Dalam praktek sehari-hari banyak pasien saya yang berharap bisa lepas segera dari obat-obat psikiatrik yang dimakannya. Pasien seperti kebanyakan pasien pada umumnya mengkhawatirkan adanya efek samping terutama pada ginjal dan hati mereka jika mengkonsumsi obat lama. Efek samping yang sering menjadi kendala di awal terapi juga sering dikeluhkan pasien sebagai sesuatu yang mengganggu. Banyak dari mereka lalu bertanya apakah ada terapi alternatif tanpa obat kimia atau dengan terapi fisik lainnya. Beberapa menanyakan tentang beberapa macam herbal yang sering mereka baca di internet sebagai terapi alternatif. Sekilas para pasien membaca adanya kegunaan yang baik dari obat-obatan herbal ini untuk kasus gangguan jiwa.

Sebelum melangkah jauh ada baiknya kita sepakat tentang apa yang dimaksud dengan terapi alternatif dan tambahan ini. Dalam Kaplan and Saddock, Synopsis of Psychiatry terbitan 2010 dikatakan bahwa  Terapi Aternatif dan Tambahan adalah semua cara yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengobati penyakit yang berbeda dari cara atau terapi biomedis yang selama ini diketahui oleh para ahli di bidang kedokteran. Terapi alternatif biasanya mempunyai kelemahan di dalam bukti-bukti medis (evidence based medicine) dalam penggunaannya untuk berbagai populasi dan lintas ras. Terapi alternatif juga biasanya mempunyai tautan dengan budaya lokal tempat terapi ini digunakan. Hal ini yang membuat terkadang tidak semua jenis terapi alternatif dapat digunakan untuk semua populasi. Testimonial atau pengakuan pasien yang menggunakan terapi alternatif bukanlah hal yang bisa menjadi dasar efektifitas terapi tersebut karena nilai keilmiahan yang rendah.

Manfaatnya diragukan?
Beberapa jenis herbal dan terapi dikenal di kalangan awam untuk mengatasi kondisi stres dan kecemasan yang biasanya dialami sehari-hari. Valerian, Kava, St John Wort, aromatherapy, akupunktur adalah herbal dan terapi yang paling banyak disebut sebagai terapi alternatif menurut literature barat. Sayangnya walaupun populer sampai saat ini terapi herbal dan fisik di atas kekurangan bukti-bukti Evidence Based Medicine  dan lemah dari segi bukti ilmiah penelitian. Kendala metodologi ilmiah adalah yang paling mendasar mengapa terapi herbal ini belum mendapatkan pengakuan secara ilmiah.

Walaupun belum mempunyai data ilmiah yang mendukung secara luas, penggunaan terapi alternatif dan tambahan dengan menggunakan herbal atau teknik lain secara global telah dilakukan. Amerika Serikat, Eropa terutama Inggris dan Australia adalah beberapa negara besar yang penduduknya menggunakan terapi alternatif untuk penyembuhan gangguan jiwa khususnya depresi, cemas dan insomnia. Data yang dikatakan Kessler menyatakan bahwa masyarakat Amerika Serikat menggunakan terapi alternatif untuk kasus-kasus depresi dan cemas yang berat yang mana hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Australia yang menggunakannya untuk kasus-kasus yang lebih ringan.

Herbal Yang Berguna
Tanaman Kava dianggap oleh para ahli berdasarkan banyak penelitian paling bermanfaat untuk mengatasi kecemasan. Werneke dan kawan-kawan menyimpukan dari 2007 database penelitian herbal yang bermanfaat untuk pengobatan gangguan psikiatrik bahwa Kava (Piper methysticum) adalah herbal yang paling banyak diteliti untuk gangguan kecemasan dan mempunyai bukti ilmiah yang baik untuk efek anticemasnya. Ulasan Cochrane (Cochrane review) yang dilaporkan oleh Pittler dan Ernst berdasarkan 11 penelitian kontrol acak (randomized control trial) yang melibatkan 645 pasien menyatakan bahwa Kava adalah satu-satunya herbal yang terbukti efektif mengurangi kecemasan.

Ernst juga menyatakan dalam laporannya bahwa untuk kasus-kasus depresi ringan dan sedang, herbal St John Wort yang dijual bebas di Amerika Serikat merupakan satu-satunya herbal yang terbukti efektif untuk mengurangi gejala depresi. Beberapa herbal lain seperti Valerian Root atau Passiflower tidak terbukti secara bermakna dibandingkan placebo dalam mengurangi kecemasan.

Bijaksana Memilih Pengobatan Alternatif
Banyak terapi lain seperti aromaterapi, meditasi, yoga, terapi cahaya dan mungkin terapi lokal untuk kasus-kasus gangguan psikiatrik yang termasuk terapi alternatif. Satu hal yang perlu diingat seperti yang telah dikemukakan di depan adalah terapi ini sering kali kekurangan bukti ilmiah yang luas untuk mendapatkan pengakuan secara medis. Perbedaan cara melakukan terapi ini oleh masing-masing praktisi juga sering kali merupakan kendala pembuktian ilmiahnya.

Beberapa pasien menggabungkan terapi alternatif dengan terapi konvensional yang dilakukan oleh dokter jiwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengobatan. Hal yang perlu diingat adalah mengkonsultasikan hal tersebut kepada dokter yang merawat pasien. Satu kewaspadaan dalam menggunakan terapi herbal adalah interaksinya dengan obat-obatan yang diberikan oleh dokter. Salah satu yang paling diwaspadai adalah penggunaan antidepresan golongan serotonin yang tidak boleh digabung dengan herbal St John Wort karena bisa menyebabkan reaksi fatal yaitu Serotonin Syndrome. Kondisi ini adalah kelebihan serotonin di tubuh yang bisa menyebabkan reaksi tubuh seperti demam tinggi, hilang kesadaran, perubahan hemodinamik di tubuh sampai kematian.


Jadi saran saya bijaksanalah dalam memilih obat herbal bagi anda. Jangan hanya terpikat oleh testimonial seseorang atau hanya karena bujukan teman. Pelajari dengan baik apa yang ada dalam kandungan obat herbal yang anda akan minum, jangan sampai malah terjadi hal yang membahayakan bagi kesehatan anda. Semoga bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.  

Minggu, 05 Januari 2014

Jadwal Cuti

Sabtu, 25 Jan 2014
Sabtu, 1 Februari 2014
Senin s.d Sabtu, 24-29 Maret 2014

Kamis, 02 Januari 2014

Nyeri Dada Pada Pasien Gangguan Panik

Nyeri Dada Pada Pasien Gangguan Panik

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine)
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera ( Http://psikosomatik-omni.blogspot.com  )

Seorang laki-laki usia 35 tahun dengan keluhan nyeri dada yang sudah dialami berulang dan dalam kurun waktu 6 bulan belakangan ini. Pasien sering kali menuju IGD ketika kondisi nyeri dadanya terjadi namun sering kali pula tidak mendapatkan hasil pemeriksaan yang mengarah ke sakit jantung yang ditakuti pasien. Nyeri dada ini terjadi disertai dengan perasaan cemas yang sangat dan jantung berdebar-debar serta perasaan ingin muntah. Dokter IGD sering kali mengatakan bahwa keluhan pasien ini akibat lambungnya walaupun pemeriksaan lambung (endoskopi dan kolonoskopi telah dilakukan dan hasilnya baik) tidak menyatakan adanya kelainan. Pasien juga sudah melakukan ekokardiografi dan pemeriksaan treadmill namun hasilnya baik-baik saja dan tidak ditemukan tanda-tanda iskemik (penyempitan pembuluh darah jantung atau tersumbatnya pembuluh darah tersebut). Pasien meminta dokter melakukan MSCT dan hasilnya baik (Calcium Score normal). Pasien sudah berkunjung ke banyak dokter untuk mengkonfirmasi penyakitnya namun tidak ada dokter yang mengatakan adanya masalah pada jantung pasien.

Nyeri dada dan Ganguan Panik  
Nyeri dada adalah salah satu tanda dan gejala serangan panik yang paling ditakuti oleh pasien-pasien yang menderita gangguan panik. Nyeri dada membuat pikiran orang yang mengalaminya mengarah kepada suatu masalah gangguan jantung yang mematikan. Nyeri dada pada kasus gangguan panik sangat sering terjadi dan membuat peningkatan biaya kesehatan yang signifikan dan pemeriksaan serta terapi yang tidak pada tempatnya.

Pasien dengan nyeri dada dengan atau tanpa masalah jantung memiliki cara yang mirip dalam mengatasi masalahnya  yaitu penggunaan fasilitas gawat darurat berulang. Akan tetapi pasien dengan masalah nyeri dada tanpa masalah jantung seperti yang terjadi pada pasien gangguan panik pada banyak penelitian ternyata lebih sering menggunakan fasilitas gawat darurat. Hal ini dimungkinkan karena pasien gangguan panik memiliki kecemasan yang lebih dominan terhadap gejala fisik yang terjadi pada dirinya dibandingkan pasien jantung sendiri.

Pemeriksaan yang mengkonfirmasi bahwa nyeri dada yang dialami oleh pasien bukanlah gangguan jantung ternyata tidak bermakna membuat pasien menghilangkan kebiasaannya memeriksakan diri berulang. Hal ini dikarenakan keluhan nyeri dadanya ternyata sering berulang dan hal ini membuatnya terganggu kualitas hidupnya. Penelitian mengatakan 35% pasien yang mengalami nyeri dada namun tidak mengalami masalah jantung tetap mengurangi aktifitas fisiknya dan menganggap bahwa nyeri dadanya tersebut berbahaya.

Karakteristik Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Pasien dengan gangguan panik yang mengalami nyeri dada sering kali dianggap mengalami nyeri dada yang tidak berhubungan dengan jantung (atypical chest pain atau atypical angina). Walaupun demikian ada pula gejala gangguan panik yang mirip gejalanya dengan typical angina. Nyeri dada pada kasus jantung biasanya dikarakteristikan dengan rasa nyeri atau tertekan di substernal atau di daerah jantung dan diakibatkan karena aktifitas fisik dan menghilang dengan istirahat. Sedangkan pada gangguan panik tidak berhubungan dengan aktifitas fisik, ada perasaan tidak nyaman di lambung, berhubungan kadang dengan asupan makan, ada rasa cemas yang tiba-tiba muncul, sering terjadi di malam hari dan lokasinya di dinding otot dada sebelah kanan.

Mekanisme Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa gejala nyeri dada terjadi pada lebih dari 78% kasus gangguan panik. Nyeri dada pada gangguan panik disebabkan karena aktifitas abnormal dinding dada dan esophagus.  Itulah yang sering membuat diagnosis pasien nyeri dada adalah gangguan lambung seperti GERD walaupun lebih sering pasien GERD mengeluh Heart Burn daripada Nyeri Dada.

Beberapa sumber mengatakan bahwa kondisi iskemia atau tersumbatnya pembuluh darah di jantung mungkin terjadi pada pasien yang mengalami nyeri dada karena serangan panik, namun demikian hal tersebut berlangsung reversible atau dapat kembali normal. Penurunan variabilitas denyut jantung (heart rate variability) dan microvascular angina mungkin bisa menjadi penyebab terjadinya nyeri dada pada pasien yang mengalami serangan panik. Hal ini diakibatkan karena hiperventilasi, denyut jantung yang meningkat (takikardia) dan peningkatan enzim katekolamin pada pasien yang mengalami gangguan panik.

Konsekuensi Dari Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Pasien dengan gangguan panik rentan terhadap tanda-tanda dan gejala fisik tubuhnya. Pasien nyeri dada yang mengalami gangguan panik pada penelitian ketika dibandingkan dengan populasi normal yang mengalami nyeri dada juga, diketemukan pasien gangguan panik ternyata lebih perhatian pada nyerinya, lebih meyakini dirinya mengalami penyakit jantung tertentu dan lebih takut kepada penyakit dan kematian dibandingkan dengan populasi normal.

Akibatnya pasien gangguan panik yang mengalami nyeri dada lebih akan sering menggunakan fasilitas kesehatan dan mengeluarkan lebih banyak dana untuk mengkonfirmasi nyeri dadanya tersebut. Bahkan pada pasien yang benar mengalami gangguan jantung dan juga mengalami serangan panik, ternyata nyeri dada yang dialami pasien seperti ini lebih disebabkan karena serangan paniknya.
Pasien gangguan panik juga ketika serangan paniknya datang mengalami peningkatan aktifitas dinding otot dada yang berlebihan yang mengakibatkan naiknya kadar karbondioksida tubuh yang menyebabkan pikiran ketakutan muncul.  Hal ini yang membuat pasien gangguan panik yang mengalami nyeri dada segera mencari pertolongan.

Apa yang harus dilakukan?
Pemeriksaan jantung secara menyeluruh bisa dilakukan untuk menghindari adanya masalah jantung yang tidak terdeteksi pada pasien yang mengalami nyeri dada. Pemeriksaan EKG, EKG treadmill dan Echocradiografi bisa dilakukan untuk mengkonfirmasi datangnya nyeri dada tersebut. Pada treadmill biasanya akan diketahui apakah ada penyumbatan (iskemik) pada pasien yang mengalami nyeri dada tersebut. Pasien juga perlu mengkonfirmasikan hasilnya dengan dokter jantung yang akan menunjukkan masalah yang terjadi pada pasien, termasuk juga jika tidak ada masalah yang mendasari nyerinya.

Pasien gangguan cemas terutama gangguan panik memang  sering kali tidak mempercayai hasil pemeriksaan jantung yang menyatakan dirinya normal. Pasien sering kali menghabiskan banyak dana untuk melakukan pemeriksaan berulang dan tidak akan berhenti sampai dirinya merasa yakin tidak ada apa-apa. Sayangnya hal ini sering kali tidak terjadi jika masalah dasarnya yaitu gangguan paniknya belum teratasi.
Konsultasi dengan psikiater yang memahami masalah ini akan sangat membantu. Dokter jantung juga bisa memberikan informasi terkait hal ini dengan meyakinkan pasien bahwa masalah nyeri dadanya bukanlah yang berhubungan dengan jantung dan merujuk pasien ke psikiater untuk mengatasi gangguan  paniknya. Hal ini tentunya untuk kualitas hidup pasien yang lebih baik dan mengurangi biaya yang tidak perlu. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.

Sumber Referensi Utama :

David Katerndahl. Chest Pain and Its Importance in Patients with Panic Disorder : An Updated Literature Review. Primary Care Companion. J Clinical Psychiatry 2008:10(5)